Selasa, 01 Juni 2010

Aku yakin ini Cinta!


by : zakia mustika

Aku masih tak percaya kalau Frans akhirnya memutuskan hubungan kami. Setelah dua tahun berlalu, menenpuh badai bersama, menjalani hari penuh cinta, makan sepiring berdua, bayarin jajanannya, tebengin setiap hari, nganterin pulang, nelfon, sms, dan semua hal yang membuat semua ATM dan kartu kreditku habis terkuras. (lebayyy…)

“dasar cowok matreeeeeeeeeeeeee……” teriakku penuh kesal.

Aku masih berlari, menghindar dari keramaian, menghindar dari kurcaci-kurcaci nakal yang hobby menggodaiku di sekolah. Aku masih terus berlari, menerobos koridor sekolah dari lantai satu ke lantai tiga, dari ruang guru sampai aula.

“capek!! mau lari ampe mana nih?” pikirku dalam hati.

Langkahku perlahan berhenti, mataku langsung menjelajahi seluruh penjuru tempatku berdiri. Sebuah pohon aneh tumbuh menyerupai ular tua yang tak sanggup hidup lagi, sisa-sisa pembangunan sekolah, kawat-kawat karatan dan batu-batu kerikil kecil di lantai dasar.

“lantai tiga? kok gue baru tau yah, kalau di lantai tiga ada tempat kayak gini? adem lagi!” ucapku masih melongo bego.

Aku duduk hati-hati, lantai kasar dan berdebu itu tampak nyaman untuk diduduki.

“nangis disini enak kali yah? pewe banget nih!” pikirku lagi seakan melupakan semua yang ku alami hari ini.

Aku kembali menangis Bombay, mengenang kembali semua kenanganku bersama Frans. Air mataku jatuh membasahi kerikil di lantai dasar. Aku benar-benar hancur sekarang, badanku yang sexi dan imut seakan layu tak bertulang. Mataku menerawang ke langit, lalu kembali terfokus pada batu-batu kerikil yang telah basah karena air mataku.

“Tin… Tini… udah akhiri aja semuanya, hidup lo nggak bakal ada artinya lagi tanpa Frans, udah nyerah aja… ayo turun kesini! kita udah nunggu lo di Surga, ayo… lompat… lompat!” bisik seseorang dari lantai dasar.

Aku terkejut seketika, mataku membelalak dan mulutku mangap-mangap. Aku benar-benar mendengar suara itu.

“suara siapa tuh? enak aja manggil gue Tini, nama gue kan Queen Emeraldtine Aksanagara… catet!! panggilan gue, Queen!! tapi apa benar gue mau di bawa ke Surga, disana ada cowok ganteng nggak yah?” ucapku melayang.

Aku mulai celangak-clinguk kesegala arah, tak ada siapa-siapa disini. Mataku kembali tertuju kearah batu kerikil dilantai dasar. Aku kembali melongo bego, mangap-mangap seperti ikan Arwana, batu kerikil-kerikil itu seakan melambai-lambai memanggilku dan seperti tak sabar mengajakku untuk cepat mengikuti mereka ke surga. Aku langsung berdiri secepat kilat, bukan untuk lari karna takut tapi mengikuti kata-kata gaib itu. Aku mulai melangkahkan kakiku, berjalan pelan mengikuti mereka diatas angin, lalu melihat lantai dasar yang jauh dibawah kakiku.

“Aaaaa……” teriakku setengah mati.

Waktu seakan berhenti berputar beberapa detik, aku berdiri kaku diatas angin dan kemudian jatuh bebas ke lantai dasar… Aaaaa…(dasar cewek bego…)

Aku menutup mataku erat, angin berputar-putar menerpa tubuhku, 1 detik, 1 menit, 10 menit…

“lho… kok belum nyampe dibawah yah? emang gedungnya setinggi apa sih?” tanyaku masih menutup mata.

Aku sangat berharap ini hanya mimpi, karna hal yang sejak tadi ku takutkan belum juga terjadi. Tubuhku yang mungil dan sexi belum juga menyentuh tanah dan kerikil-kerikil yang cukup untuk mematahkan tulang-tulangku. Aku membuka mataku perlahan dan berharap saat ku bangun, aku sedang berada di atas tempat tidurku yang nyaman dan hangat.

“huff… untung Cuma mimpi…” desakku. “Aaaaaa…”

Kakiku mulai terasa dingin. Aku tergantung di kawat-kawat sisa pembangunan sekolah yang sudah karatan.

“dasar kawat sialaaaan… ini bukan bunuh diri namanya, tapi menggantung diri ala orang nggak punya otak… Queen kenapa lo bisa lahir dengan IQ jongkok kayak gini… kalau udah kayak gini siapa yang mau nolong, lagian mana ada yang lewat sini, ahh… dasar begooo…” makiku pada diri sendiri.

Aku mulai mengatur suaraku memasang volume maksimal, bersiap-siap berteriak minta tolong.

“toloooo…” ucapku terhenti.

Ada suara langkah kaki diujung koridor. Langkah itu semakin jelas saat ia akhirnya berhenti tepat ditempatku duduk tadi. Ia menerawang kelangit, wajahnya yang tampan dan bersih tampak bersinar diterpa sinar mentari pagi. Dia adalah salah satu cowok popular disekolah, karna ketampanannya.

“tolong…” ucapku lemas dengan tampang bego.

Dengan cepat ia melirik kearahku, lalu kembali mengabaikanku.

“tolooong…” sahutku cukup keras hingga mengagetkannya.

Ia kembali menoleh dengan tampang lebih bego dariku. Ia tampak terkejut setengah mati, seakan baru menyadari keberadaanku.

“aahh… ngapain lo disana?” ucapnya kaget

“tolongin gue…” ucapku mengharap belas kasihannya.

“Hahahahahaaahaaa… foto dulu ahh!” sahutnya tanpa dosa seraya mengeluarkan HPnya.

“woii… dasar cowok gila, bantuin gue… gue hampir mati disini, udah satu jam gue kayak orang bego, menggantung disini…” ucapku memaki-makinya.

Ia masih asyik mengabadikan kesengsaraanku, memotret semua posisi strategis yang membuat jepretanya semakin bernilai.

“tolongin gue…” ucapku untuk terakhir kalinya.

Dengan senyum ia mengulurkan tangannya lembut lalu menarikku ke balkon tanpa pengaman samping itu dengan mudah.

“thanks” ucapku lemah.

“badan lo berat juga…” ucapnya santai. “thanks yah fotonya”

Ia langsung berlalu dariku, entah apa yang harus kulakukan saat itu, marah karna meledekku atau senang karna ia telah menolongku. Aku menghela nafas panjang, kakiku mulai terasa keram.

Rasanya pagi ini, aku tak anggup lagi melanjutkan pelajaran. Satu jam menggantung dan menantang maut, sudah cukup membuat seluruh persendian tulangku remuk. Aku segera meraih tas di dalam loker, niatku untuk bolos sekolah sudah bulat.

“lewat mana yah?” Tanyaku dalam hati.

Mataku mulai menjelajahi sekelilingku, berfikir keras mencari jalan keluar terbaik…(ceilee..!) yang tak sengaja diciptakan sekolah. Sedetik kemudian mataku tertuju pada deretan pohon cemara dibalik danau buatan yang berfungsi sebagai pagar sekolah. Aku melangkah perlahan, mendekati pagar cemara dan berusaha menembusnya. Ada setitik cahaya dibalik pagar cemara yang lebat dan dengan cepat aku berusaha menembus cahaya itu.

“apa yang ada disana yah?” Tanyaku bersemangat.

Tak ada siapa-siapa disini, kecuali sekumpulan pohon cemara, beberapa pohon cinta dan satu rumah pohon yang tampak begitu unik di salah satu pohon.

“sejak kapan tempat ini ada disini? siapa yang membuatnya? siapa pemilik rumah pohon itu? kenapa selalu ada tempat aneh yang belum ku ketahui disekolah ini?”

Begitu banyak pertanyaan yang mengikuti langkahku yang penasaran.

“hay…!” sahut seseorang dari arah belakangku.

Langkahku sontak terhenti, lalu perlahan berbalik penuh ragu.

“hahh…” sentakku kaget.

“lo lagi, ngapain lo disini?” tanyanya dengan tampang kejam.

“gue…ini tempat apa yah?”

“ini tempat rahasia gue, lo buntutin gue yah?”

Dengan cepat ia melangkah kearahku, mendekatiku dan memegang pundakku erat. Sedetik kemudian wajahnya tepat beberapa senti saja dari wajahku. Keringat dingin mengalir dari keningku.

“lo mau apa?” Tanyaku gemetaran.

“gue mau lo… keluar dari sini…”

Secepat kilat ia menuntunku keluar dari tempat rahasianya, memaksaku keluar dari lobang kecil yang tertutup ranting-ranting cemara.

“jangan kembali lagi…” sahutnya setelah aku menjauh.

Kali ini aku benar-benar marah padanya, tak ada kata simpati atau hutang nyawa lagi. Aku kembali ke kelas, niat untuk bolos sekolah gagal total.

“hahh… kenapa selalu gini? setiap gue mau bolos selalu aja ada gangguan. Ehh… kira-kira cowok tadi ngapai yah disana? trus kenapa ada tempat kayak gitu di sekolah? jangan-jangan itu tempat mesum lagi…!”

Tak ada yang bisa membuatku konsentrasi hari ini, apalagi setelah melihat tempat rahasia itu. Bel akhir pelajaran akhirnya berbunyi. Dengan cepat aku membereskan semua isi ranselku, memasukkan dan kembali menyandangnya.

Aku kembali ketempat rahasia itu, mencari tau semua tentang tempat itu dan isi rumah pohon yang sangat dilindunginya itu.

“Queen…” sapa Frans tiba-tiba.

Langkahku terhenti, ia menatapku memohon belas kasihan.

“yah, ada apa?”tanyaku santai.

“kamu baik-baik aja kan?”

“kayaknya gimana?” tanyaku balik.

Ia menatapku penuh Tanya, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu.

“oh… selamat yah! akhirnya kamu resmi jadian setelah satu tahun selingkuh di belakang aku dan selamat juga sekarang kamu udah pacaran sama cewek yang cantik, sexi dan kaya, walau nggak secantik, sesexi, dan sekaya aku, pokoknya langgeng aja deh, sakinah, mawaddah, warahmah, amin…” ucapku panjang lebar.

“Queen…” ucapnya lemas.

Aku segera beranjak menjauh dari Frans, melenggang kejam tanpa perasaan dan tak lagi menghiraukannya.

Mataku kembali melirik pohon-pohon cemara dibalik danau. Rasa penasaran yang sedari tadi mengelilingi benakku akhirnya menuntunku untuk kembali kesana.

“mudah-mudahan dia nggak ada didalam…”

Aku langsung menerobos pagar cemara di depanku, tak ada seorang pun disini. Rumah pohon yang tertata rapi itu pun tak penunjukkan ada seseorang yang berada disana, langkahku langsung tertuju pada bambu berukuran 30 cm yang terikat kuat pada sebuah tali tambang yang berayun diterpa angin. Dengan cepat aku menaiki satu per satu bambu yang terus berayun.

“wah, cantiknya…” bisikku tabjuk dari balkon rumah pohon itu.

Rasa penasaranku kembali pada isi rumah pohon itu. Dengan tajam mataku mengintip kedalam ruangan yang kira-kira berukuran 2x2 m itu.

“kenapa ada cowok itu disini? mana lagi tidur! wahh… ternyata dia emang beneran cakep yah! lagi tiduaran aja, tetep keliatan keren, kayak MinHo aja, kalau Frans pasti ileran… ihhh…”

Mataku kembali menjelajahi rumah pohon. Ribuan foto memalukan tertempel di dinding kayu ruangan itu, kecuali fotoku yang dicetak 10R dengan figura khusus berwarna silver diatas meja kecil dengan pose kesengsaraanku dilantai 3, tadi pagi. Aku kembali menatapnya, wajahnya yang polos, membuatku benar-benar tak ingin melewatkannya walau sedetik.

“hoaaaamm… bau parfum siapa nih?” tanyanya masih diselimuti kantuk.

“itu idung orang atau babi sih? masak dia bisa ngecium bau parfum gue diruang bebas kayak gini” bisikku sewot.

Sebuah kepala muncul tiba-tiba dari balik jendela rumah pohon tempat ku bersembunyi.

“Aaaaa…” teriak kami berbarengan.

Kejadian itu nyaris membuat jantungku copot. Kemunculannya yang mendadak benar-benar mengagetkanku.

“ngapain lagi lo disini?” tanyanya dengan tampang bego.

“gue penasaran aja…” jawabku tak berdosa.

“penasaran apa? lo mau ngintipin gue yah atau lo mau nyuri? ayo, ngaku? ohh… gue lupa, mana ada maling yang mau ngaku” cerocosnya menjadi-jadi.

Aku melotot tak percaya, dibalik wajahnya yang tampan dan sifatnya yang cool banget tenyata mulutnya emak-emak juga… hha…

“maling aja nggak mau ngaku, apalagi yang nggak maling! lagian apa yang bisa dicuri disini, Cuma ada foto-foto nggak berarti dan nggak berguna…” balasku tak mau kalah.

“ahhh… turun!” hardiknya.

Secepat kilat aku meraih tali yang menggelayut ketanah dan menurunkan sebelah kakiku dengan cepat.

“ehh… kenapa tinggi banget? gimana nih?”

“eghh… masak bisa naik tapi nggak bisa turun, parah lo! kalo gini, gimana cara turunnya coba?” desahnya jengkel

“ahhaa… telfon aja, trus minta jemput deh kesini!”

Mataku langsung berbinar penuh kemenangan, lalu dengan cepat meraih HP disakuku.

“enak aja lo! ini tempat rahasia gue, nggak ada satu pun orang yang boleh tau tempat ini…”

“trus gimana caranya gue pulang?” rengekku manja.

Aku benar-benar tak berguna hari ini, sial.

“lo harus turur sendiri! kalo lo nggak bisa lo harus tinggal disini sampai lo bisa turun…”

“Aaapaaaa…”

Suara jangkrik dibalik rerumputan semakin membuat tangisku menjadi. Sebuah lampu kecil dan beberapa lilin menerangi ruangan itu temaram. Aku hanya sendiri disini, ditemani sepi dan gelap malam.

“huff… sampai kapan gue disini? ma, aku lapeeerr…! ahh, emang gue pikirin, pokoknya sekarang gue harus telfon mama”

Aku kembali meraih hp-ku, memencet sederet tombol untuk mendengar suara dari seberang.

“lo lagi nelfon siapa?” suara baritone itu mengagetkanku.

“hahh… sejak kapan lo ada disini?”

“nih, lo kelaperkan? abis ini gue bantuin lo turun, jadi cepetan…” ucapnya datar.

Kali ini aku diselamatkan lagi olehnya, dengan cepat aku menyelesaikan makanku.

“santai aja, lo tetap bakal pulang kok! gimana pun caranya?”

“fafi fo fihang hefefan, fefafang fanfai afa (tadi lo bilang cepetan, sekarang santai aja)” ucapku masih terus mengunyah lumat makananku.

“lo jadi cewek jorok amat sih! abisin tuh makanan di dimulut lo” gerutunya.

Aku segera mengunyah nasi dalam mulutku, lalu meneguk air mineralku yang tinggal beberapa teguk.

“nih, minuman gue!”

Aku menatapnya tak percaya, kali ini dia benar-benar ramah padaku. Aku segera meraih minuman itu dari tangannya, meneguknya seperti orang tak minum seminggu.

“berantakan banget sih?” ucapnya sewot.

Dengan lembut ia mengelap air yang meleleh disela bibir dan daguku.

“lo…?” tanyaku terhenti.

“sorry…!”

Ia langsung memalingkan wajahnya dariku, menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.

“cepetan, malam udah mulai larut…” ucapnya tanpa memandangku.

Aku menyelesaikan makanku, membungkusnya kembali dan memasukkan kedalam kantong plastic.

“gue udah selesai…” ucapku datar.

Dengan mudahnya, ia membantuku untuk turun, meraih tanganku dan membantuku kembali berdiri sempurna.

“thanks…” ucapku masih dengan nada yang sama.

Ia hanya membalasku dengan senyum, lalu menggandengku menuju mobilnya. Dengan cepat mobil itu melesat monerobos jalan-jalan kota yang temaram, menuju kompleks rumahku di tengah kota.

“thanks” ucapku lagi untuk kesekian kalinya.

Mobilnya tepat berhenti di depan rumahku dan lagi-lagi ia hanya membalas dengan senyum, ucapan terimakasihku dan kemudian kembali melesat, menghilang dibalik kabut.

Dengan lemas aku membaringkan tubuhku di atas bed kesayanganku, kemudian mengingat kembali semua kejadian aneh yang kualami.

“hmm… kalo dipikir-pikir aneh juga, benar-benar aneh! cowok itu…!”

Senyum mengembang di bibirku. Aku masih ragu dengan perasaanku, dia sangat mengganggu pikiranku saat ini.

“cinta pada pandangan pertama? masak sih! awal ketemu dia kan, gue benci banget ama tuh orang”

Aku kembali menerawang jauh. Aku yakin ini cinta, bukan cinta pada pandangan pertama tapi cinta pada hari pertama…

“hmm… jadi kangen” ucapku berlalu kealam mimpi…

Aku sampai lupa nama cowok itu, Evan. Orang pertama yang benar-benar ku cintai.

the end

Kamis, 27 Mei 2010

Zakia Rekinichiemeda Random Facts


 

1.     Zakia bukan orang yang mudah bergaul

2.     Zakia memiliki masalah dengan lambungnya

3.     Zakia sangat suka main game online (CrazyKart)

4.     Zakia sangat mengidolakan Minho and Max ChangMin

5.     Zakia pernah merasa sangat sepi saat anggota Rekinichiemeda mulai sibuk sendiri

6.     Zakia masih belum mau pacaran lagi sejak lulus SMP

7.     Zakia adalah anggota yang tidak gampang marah (saat Zakia benar2 marah pada seseorang dia akan menuliskan tinta merah dalam otaknya pada orang tersebut XXX)

8.     Zakia trouma berat dengan delman karna pernah diserempet dan dimarahi abang delman

9.     Meski Zakia yang paling besar dari yang lain, tingkah lakunya sama sekali tidak sesuai dengan umurnya

10.  Suara Zakia yang biasanya sedikit cempreng bisa berubah sewaktu-waktu

11.  Zakia sangat hobby menonton drama korea

12.  Ketika SD Zakia pernah di ejek teman-temannya dengan sebutan “mata besar”

13.  First Love Zakia, ketika ia kelas 6 SD

14.  Zakia mempunyai mimpi aneh, dan setelah mimpi hal itu ia akan langsung demam tinggi.

15.  Zakia sama sekali belum pernah sakit gigi

16.  Zakia kurang menyukai pelajaran yang berhubungan dengan hitungan

17.  Saat melihat seseorang yang sedikit aneh. Zakia akan langsung memberi komentar dengan tampang innocent : “liat orang itu deh…” lalu langsung ketawa aneh nggak karuan

18.  Menurut Zakia dia adalah anggota yang paling imut

19.  Warna favorit Zakia adalah Putih

20.  Kencan impian Zakia adalah dinner di resto yang diberada diatas air

21.  Zakia tidak suka olahraga, karna ia sangat benci keringat

22.  Zakia sangat suka es krim coklat

23.  Saat masih kecil, Zakia sama sekali tidak takut hantu.

24.  Zakia mempunyai satu rahasia yang sangat memalukan saat SMP, dan tak ada  satupun orang yang tau termasuk anggota

25.  Zakia sangat hobby membuat cerpen dan belum pernah dipublikasikan

26.  Zakia merasa senang dan bebas saat sendirian di rumah

27.  Kalau terlahir kembali, Zakia ingin jadi batu karang

28.  Zakia pernah gemuk saat berumur 4 tahun

29.  Zakia paling jarang membuat masalah karena ia paling tidak suka minta maaf, ia merasa sangat rendah saat minta maaf

30.  Zakia sangat ingin menjadi guru yang baik and dicintai murid-muridnya, setelah 11 tahun sekolah, baru ada satu guru yang membuatnya begitu nyaman.

31.  Zakia memiliki kebiasaan aneh. Dia suka mengambil gambar aneh anggota lain dan selalu dimarahi setelah itu.

32.  Zakia paling mudah menggoyahkan pendirian orang lain dengan kata-katanya.

33.  Zakia sangat menyukai comic one piece. Menurutnya one piece adalah 1/10 hidupnya.

34.  Feeling Zakia sering sekali, benar

35.  Zakia suka cowok yang easy going and nggak jaim

36.  Mama Niea pernah berkata pada Zakia “ahh Zakia, pemalu sekali…” sebenarnya Zakia memang tidak terlalu mudah bicara dengan orang lebih tua dan baru dikenal.